Lanjut ke konten

RAJA-RAJA BANJAR

Agustus 22, 2010

Kerajaan Banjar adalah nama lain dari sebutan Kerajaan Banjarmasin atau Kesultanan Banjar. Kerajaan Banjar menurut M. Idwar Saleh (1981/1982) berdiri pada tanggal 24 September 1526 sebagai sebuah kerajaan Islam. Sebelum kerajaan ini berdiri, di Kalimantan Selatan sudah ada kerajaan lainnya yang bercorak sebagai negara suku yakni Nan Sarunai dan Tanjung Pura dan negara awal yakni Negara Dipa dan Negara Daha.
Kerajaan Tanjung Pura dan Nan Sarunai dapat dijelaskan sebagai negara yang rakyatnya melulu dari satu etnik (terutama etnik Maanyan) dan tatanannya diatur oleh tradisi yang ditransformasikan dari nenek moyang ke generasi berikutnya. Sedangkan negara awal merupakan suatu bentuk kerajaan transisi dari negara negara suku ke negara yang tatanan pemerintahannya yang lebih fomal atau teratur.
Kerajaan Negara Dipa dan Negara Daha berperan dalam sejarah pembentukan Kerajaan Banjar di kemudian hari, karena silsilah raja-raja Banjar dapat ditelusuri atau berasal dari keturunan raja-raja Negara Dipa dan Negara Daha.
Pada masa puncak kejayaannya, Kesultanan Banjar memiliki kekuasaan teritorial yang sangat luas, yakni meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah dan bahkan pengaruhnya sampai ke sebagian wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat saat sekarang.
Dalam buku Sejarah Banjar (Ideham, dkk. editor, 2003) disebutkan bahwa sejak berdirinya kerajaan Banjar pada 24 September 1526 sampai berakhirnya perang Banjar yang juga berakhirnya pemerintahan Pegustian sebagai penerus kerajaan Banjar tahun 1905, terdapat 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama adalah Sultan Suriansyah (1526-1545), raja pertama yang memeluk agama Islam, dan raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman yang meninggal dalam pertempuran melawan Belanda di Menawing – Puruk Cahu dalam tahun 1905. Kerajaan Banjar runtuh sebagai akibat kalah perang dalam Perang Banjar (1859-1905), yang merupakan perang menghadapi kolonialisme Belanda. Sultan Suriansyah sebagai sebagai raja pertama berkeraton di Kuwin Utara sekarang yang dahulu sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan, sedangkan raja terakhir Sultan Mohammad Seman berkeraton di Menawing-Puruk Cahu sebagai pusat pemerintahan pelarian dalam rangka menyusun kekuatan untuk melawan kolonialisme Belanda.
Raja-raja Banjar sejak berdirinya kerajaan Banjar sampai lenyapnya pemerintahan Pegustian di Menawing, adalah sebagai berikut :
1) Periode tahun 1526 – 1545: Pangeran Samudera, selanjutnya bergelar Sultan Suriansyah.
2) Periode tahun 1545 – 1570: Sultan Rahmatullah.
3) Periode tahun 1570 – 1595: Sultan Hidayatullah.
4) Periode tahun 1595 – 1620: Sultan Mustain Billah, Marhum Panembahan, yang dikenal sebagai Pangeran Kacil. Sultan inilah yang memindahkan keraton ke Kayutangi Martapura, karena keraton di Kuwin hancur di serang Belanda pada tahun 1612.
5) Periode tahun 1620 – 1637: Ratu Agung bin Marhum Panembahan yang bergelar Sultan Inayatullah.
6) Periode tahun 1637 – 1642: Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah.
7) Periode tahun 1642 – 1660: Adipati Halid (Pangeran Tapesana).
8) Periode tahun 1660 – 1663: Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan, 1663.
9) Periode tahun 1663 – 1679: Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan dari Amirullah Bagus Kesuma dan memindahkan keraton ke Banjarmasin bergelar Sultan Agung.
10) Periode tahun 1680 – 1700: Amirullah Bagus Kesuma.
11) Periode tahun 1700 – 1734: Sultan Hamidullah gelar Sultan Kuning.
12) Periode tahun 1734 – 1759: Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah Bagus Kesuma bergelar Sultan Tamjidillah.
13) Periode tahun 1759 – 1761: Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning.
14) Periode tahun 1761 – 1801: Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar Sultan Tahmidullah.
15) Periode tahun 1801 – 1825: Sultan Suleman Almutamidullah bin Sultan Tahmidullah.
16) Periode tahun 1825 – 1857: Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman.
17) Periode tahun 1857 – 1859: Pangeran Tamjidillah.
18) Periode tahun 1859 – 1862: Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’mina.
19) Periode tahun 1862 – 1905: Sultan Muhammad Seman.

16 Komentar leave one →
  1. Syahranie permalink
    Agustus 22, 2010 1:35 pm

    Dimana kami bisa mendapatkan/membeli bukunya Idwar Saleh, Terima kasih

    Buku alm. M. Idwar Saleh tidak diterbitkan lagi. Bisa didapatkan/fotokopi di Deposit Kalimantan Perpusdaprov K.6 atau di Museum LM Banjarbaru

  2. Agustus 23, 2010 5:43 am

    Bagus banar . Amun tidak ngalih banar handak tahu silsilahnya. Sakurang-kurangnya tahu pang siapa raja nang pamulaan awan nang pahabisan.

    Minggu sudah lapan orang kakanakan Universiti Malaya (UM) matan Kuala Lumpur datang bacari kisah Banjar ka ulun. Amun inya tatamu, bilang takurihing simpak pang kasukaan !.

    Kainak ulun ma email ka inya supaya mambuka blog pian nia.

    Ayuha….

  3. Syahranie permalink
    Agustus 26, 2010 2:31 am

    Terima kasih infonya, tetapi sayang museum banjarbaru tidak memamerkan dokumen2/foto2 atau buku2 untuk umum.

  4. Agustus 27, 2010 9:21 am

    Assalaamu’alaikum mas Wajidi

    Subhanallah… saya sangat suka membaca sejarah2 masa lalu yang sukar untuk diperolehi maklumatnya jika tiada orang yang seperti mas Wajidi memaparkannya di media maya. Terima kasih mas kerana sudah berbagi kisah pensejarahan yang bernilai zabarjan di dunia modern ini.

    Saya sangat teratrik dengan sejarah banjar ini kerana keluarga sebelah datuk saya adalah keturunan Banjar dan sudah pasti saya sebagai cucunya dan keturunannya yang lain, perlu mengetahui tentang sejarah tanah kelahirannya. cuma saya tidak lagi menegtahui siapakah saudara mara dari sana kerana sudah lama terputus hubungan sejak keluarga datuk saya berpindah ke Sarawak.

    Salam mesra dari saya di Sarawak.

    Sungguh elok seandainya keluarga mbak Fatimah masih bisa ditelusuri di sini. Memang begitulah, banyak keturunan orang Banjar di Malaysia, hanya tahu bahwa datuk mereka berasal dari Banjar. Meski tak dapat lagi dikenali dimana keluarga datuk berada, hendaknya tetap menjadi perekat daripada keluarga besar “Banjar Internasional”…

  5. Syahranie permalink
    September 2, 2010 1:13 pm

    Bung Wadjidi, apakah Sultan Tahmidullah I dan Sultan Hamidullah itu satu orang yang sama atau berbeda?, karena dalam tulisan2 orang lain kami baca seakan2 keduanya orang yang berbeda dengan masa pemerintahan sbb:
    1. Sultan Tahmidullah I bin Sultan Tahlilullah (1700 – 1717)
    2. Sultan Hamidullah (Sultan Kuning) bin Sultan Tahmidullah I – (1730 – 1734)

    Versi orang yang sama:
    3. Sultan Tahmidullah I memerintah dari 1700 – 1734
    4. Sultan Hamidullah memerintah dari 1700 – 1734 (Versi blog ini)
    Terima kasih atas penjelasannya.

    Saya belum pernah mendalami tentang silsilah raja-raja Banjar. Namun demikian, sepengetahuan saya ”Sultan Tahmidullah I” dengan ”Sultan Hamidullah” adalah dua orang yang berbeda dgn masa pemerintahan yang berbeda pula. Hanya saja data masa pemerintahan Sultan Tahmidullah yang disebut dari 1700-1734 patut dikritisi, karena yang betul kemungkinan adalah tahun 1700-1717. Dalam buku rujukan blog saya, Sultan Tahlilulah tidak disebut, namun dengan mengacu kepada angka tahun kemungkinan yang dimaksud sama dengan dipati Halid (Pangeran Tapesana) yang menurunkan Sultan Tahmidullah I. Penulisan nama/gelar raja-raja Banjar dan tahun pemerintahannya di berbagai sumber memang berbeda-beda, dan bahkan kadang membingungkan. Penulis lokal seperti Amir Hasan Bondan (Suluh Sejarah Kalimantan), M. Idwar Saleh (Sejarah daerah Kalsel), H.A. Gazali Usman (Kerajaan Banjar…). umumnya merujuk pada sumber Belanda seperti karangan Hageman, Palm, A.A. Cense, dan Noorlander yang isinya juga berlainan. Selain sumber di atas, data raja-raja Banjar yang ulasannya dengan rujukan yang lumayan lengkap dapat dilihat dalam website: http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar

    • Syahranie permalink
      September 4, 2010 7:45 am

      Terima kasih atas penjelasannya, dalam beberapa referensi yang kami baca sepertinya Sultan Tahlilullah adalah gelar dari Amirullah Bagus Kusuma yang menurunkan Sultan Tahmidullah I dan Sultan Tamjidillah I, baru kemudian Sultan Tahmidullah I menurunkan Sultan Hamidullah (Sultan Kuning), namun pada bagian lain dijelaskan bahwa anak dari Sultan Hamidullah I mempunyai Anak yang bernama Sultan Aliuddin Aminullah yang kelak menjadi menantu dari Sultan Tamjdillah I yang tidak lain adalah pamannya padahal dalam penjelasan sebelumnya disebutkan Sultan Tamjidillah I adalah anak dari Sultan Tahlilullah (Amirullah Bagus Kusuma) penjelasan tsb justru kami dapatkan dari uraian di id.wikipedia.org. Berikut Struktur silsilah menurut penjelasan di Wikipedia, mungkin Sdr Wadjidi bisa lebih memahami tulisan tsb.terima kasih.

      AMIRULLAH BAGUS KUSUMA (Sultan Tahlilullah)
      |
      +—————————————————-+
      | |
      SULTAN TAHMIDULLAH I (Raja Ke 11 – 1700 – 1717 M) |
      | |
      +——————————— + |
      | | |
      Pangeran Mas 3) Sultan Hamidullah 1) Sultan Tamjidillah I 2)
      (Sultan Kuning) (Sultan Sepuh)
      |
      Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah
      (Ratu Anum) / Sultan Muhammadillah

      Terima kasih atas tanggapan dan masukannya. Versi lain seperti disebut dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar Sultan Amrullah Bagus Kasuma dilantik oleh Pamannya Pangeran Tapasena/Sultan Rakyatullah (Pangeran Dipati Tapasena/Pangeran Mangkubumi/Panembahan Sepuh/Tahalidullah/Dipati Halit). Menurut H.A. Gazali Usman, Sultan Tahlilullah punya gelar Panembahan Tingi. Yang menjadi persoalan apakah makna ”Panembahan Sepuh=Panembahan Tinggi?”. Jika maknanya sama, apakah berarti yang disebut Sultan Tahlilullah itu adalah gelar lain dari Sultan Rakyatullah? Cense, Palm, dan Noorlander dalam buku M. Idwar Saleh (1977/1978) halaman 157 tercantum nama raja yang memerintah tahun 1642-1660 dengan gelar/penyebutan: Rakyat Allah (maksudnya Rakyatullah, pen), Tahlil Allah (maksudnya Tahlilullah, pen) Pangeran Ratu, Tahlil Allah, Tahalidullah, Panembahan Supuh (maksudnya Panembahan Tinggi? pen). Hal itulah yang mendasari pernyataan saya sebelumnya bahwa Sultan Tahlilullah adalah sama dengan dipati Halid (Pangeran Tapesana) atau Sultan Rakyatullah, namun ia tidak menurunkan Sultan Tahmidullah I, karena Sultan Tahmidullah I adalah anak Amirullah Bagus Kusuma. Wallahualam

      • Syahranie permalink
        September 4, 2010 11:43 am

        Ternyata Sultan Tahmidullah I, Hamidullah dan Tamjidillah I adalah bersaudara yakni sama2 anak dari Sultan Tahlilullah (Amirullah Bagus Kusuma) sebagaimana dalam tulisan Julfa Jamalie yang membahas tentang peristiwa2 kudeta di Kerajaan Banjar. Terima kasih.

      • Syahranie permalink
        September 5, 2010 7:03 am

        Mungkin diperlukan kerja tim untuk menerbitkan buku standar dan resmi dari Pemda Kalsel untuk dijadikan acuan, khususnya yang membahas tentang raja-raja banjar termasuk gelar2nya. Terima kasih.

  6. roni permalink
    Maret 17, 2015 10:43 am

    haram manyarah waja sampai puting

  7. salimuddin permalink
    Juni 3, 2015 11:36 pm

    saya adalah keturunan kiyai gusti mat arif…apakah dibanjar ada yg tau silsilah dari moyang kami tersebut dibanjar? krn kiyai gusti mat arif meninggal di jaman kesultanan sintang kalbar saat beliau menyebarkan islam…

  8. Juni 21, 2015 9:24 am

    Saya selalu mengikuti perkembangan blog blog Kulaan Banjar….demi untuk mencari info berkenaan keturunan nenek moyang terdahulu..memang sulit …(Banjar Sungai Manik)

  9. fadli.tj permalink
    Juli 23, 2016 4:15 am

    saya ingin tahu jika ada silsilah keturunan tumenggung jaya pati di hulu sungai

  10. Juli 28, 2016 10:47 pm

    Ulun turunan ke 5 dari Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman yang mempuyai menantu atau yang diangkat oleh sultan jadi Tumenggung di Melawai ( melawi). ulun mau tanya, siapa ngarannya Tumenggung Melawai itu

  11. shamsul nizam permalink
    April 10, 2017 8:12 am

    assalamualaikum kulaan sabarataan……

  12. shamsul nizam permalink
    April 10, 2017 8:14 am

    tumpang batakun adaklah sesiapak yang tahuk asal usul karis wasik sumiyang banjar disinik

  13. Dadang Hikamat permalink
    November 11, 2018 10:57 pm

    Ass. Sepengetahuan saya Pr. Hidayatullah dinobatkan sebagai sultan juga dalam situasi Perang Banjar, sebagai mana surat wasiat Sultan Adam, tapi kenapa tidak termasuk sebagai Raja Raja Banjar. wass.

Tinggalkan komentar