dr. Vischer, Korban Kekejaman Jepang di Borneo Selatan
Oleh Wajidi
Salah satu utusan Palang Merah Internasional atau ICRC (International Committee of the Red Cross) di Banjarmasin, yaitu dr. Vischer adalah salah seorang korban kekejaman Jepang di Borneo Selatan. Pada tahun 1942 ada tiga utusan ICRC di Hindia Belanda yakni di Sumatera, Batavia (Jakarta), dan Banjarmasin. Sesudah selesai Perang Dunia ke II, Palang Merah Internasional baru mengetahui bahwa dr. Vischer menjadi salah satu korban karen dipersangkakan tentara pendudukan Jepang sebagai anggota komplotan anti Jepang pimpinan Gubernur B.J. Haga di Borneo Selatan.
dr. Carl Mattheus Vischer dilahirkan di Basel (Swiss) 29 Agustus 1896. Sebelum pecah perang ia tinggal Barimba sebagai kepala gereja (praeses) Zending Basel. Ia dokter pertama di Kuala Kapuas dan memimpin rumah sakit Bazelsche Zending di Barimba, Kuala Kapuas dari tahun 1931 sampai tahun 1943. Rumah sakit yang dikelola Basler Mission Gesellschaft ini Rumah sakit Zending di Kuala Kapuas merupakan satu-satunya rumah sakit yang lengkap. Mempunyai kemampuan melaksanakan bedah. Perawatnya dididik langsung oleh Vischer. Dua perawat pertama berasal dari orang Dayak setempat, perawat ketiga dari etnis Tionghoa berasal dari kampung Pecinan di Barimba. Ia mempunyai pengaruh yang sangat besar di kampung-kampung bangsa Dayak daerah Kuala Kapuas yang mendapat pengaruh misionaris–zending.
Surat kabar Borneo Simboen No. 324 Tahun ke II Selasa 21 Desember 2603 (1943) dalam tajuknya berjudul “Keterangan Ringkas Kaoem Penghianat Jang Mengimpikan Perlawanan Terhadap Dai Nippon” mendeskripsikan secara rinci nama-nama orang yang terlibat dan peranannya dalam komplotan B.J. Haga. Disebutkan dalam pemberitaan itu bahwa Haga berkomplot dengan pihak luar anti Jepang, merencanakan pemberontakan bersenjata untuk mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda di Borneo. Lebih lanjut pemberitaan Borneo Simboen menyebutkan, B.J. Haga dibantu oleh 25 orang pembantu utamanya diantaranya 1 orang eks-Assistent Resident, dan 9 orang eks-Controleur dalam tawanan, sedangkan isteri Gubernur dan isteri salah satu controleur mengatur di dalam.
Pada saat Jepang menguasai Banjarmasin, keadaan benar-benar kacau. Banyak warga kulit putih yang mengungsi ke Kuala Kapuas yakni ke kampung tempat tinggal Vischer di Barimba. Saat Jepang tiba di Barimba, pada mulanya Vischer disuruh Jepang untuk meneruskan pelayanan di rumah sakit, tetapi kemudian ia ditawan dan disuruh kerja paksa. Sebanyak tujuh orang, diantara pekerja zending di Barimba ditangkap dan kemudian dibunuh Jepang, yakni dr. Vischer dengan isteri (Betsy Mylius), Ds. Bart dengan isteri, Inspektur Braches dengan isteri, dan Ny. Dr. Howeler.
Pada mulanya dr. Vischer dan tahanan lainnya ditahan Kuala kapuas, dan salah seorang yang ditangkap adalah Housman Baboe, tokoh dayak setempat. Dari Kuala Kapuas, kemudian dibawa ke Banjarmasin dan ditahan di Tatas Port (Benteng Tatas) tempat semua tahanan kemudian dipindah ke Kandangan. Sebagian yang diinterner di Kandangan adalah para pendeta-pendeta bangsa Jerman utusan Zending Barmen yang bekerja di GDE (Gereja Dayak Evangelis) namun kemudian kemudian hari dibebaskan Jepang.
Dari Kandangan, Vischer kemudian dibawa ke bandara Ulin dan di sana ia dipenggal. Kemungkinan besar tawanan dieksekusi dengan cara dipenggal karena Jepang pantang membuang peluru. Pemenggalan dengan samurai adalah salah satu cara untuk menghemat peluru.
The Prison at Tatas Port
Salah seorang yang dipersangkakan sebagai anggota komplotan adalah dr. Soesilo. Ia seorang ahli malaria dan adik dari Dokter Soetomo pendiri Boedi Oetomo. Jepang menyatakan bahwa Vischer dan Soesilo bersahabat karib sejak lama sekali dengan Haga, karena mengingat budi pekerti dan kebaikan Haga terhadap mereka saat menjadi pemimpin tertinggi dari BMO urusan mobilisasi kesehatan semasa pecah perang melawan Jepang, atau dalam hal-hal lainnya. Dengan kemauan sendiri dr. Vischer dan dr. Soesilo bergabung ke dalam komplotan melawan Jepang dan menjadi pemimpin atau kepala badan spionase. Disebutkan bahwa spionase Vischer dilakukan melalui kedok kegiatan perawatan, keagamaan, dan pendidikan yang berpusat di Barimba, Kuala Kapuas.
Apakah dr. Vischer terlibat komplotan anti Jepang yang dipimpin Haga? Dan mengapa orang-orang yang dianggap tidak bersalah turut menjadi korban dan oleh Jepang dipersangkakan sebagai anggota komplotan anti Jepang?
Apakah tulisan-tulisan Bang Wajidi terkait masuknya Jepang di Borneo, khususnya di Kal Sel dibukukan? Kalau ada saya mau beli ya