Lanjut ke konten

dr. Vischer, Korban Kekejaman Jepang di Borneo Selatan

Mei 31, 2020

Oleh Wajidi

Salah satu utusan  Palang Merah Internasional atau ICRC (International Committee of the Red Cross) di Banjarmasin, yaitu dr. Vischer adalah salah seorang korban kekejaman Jepang di Borneo Selatan. Pada tahun 1942 ada tiga  utusan ICRC di Hindia Belanda yakni di Sumatera, Batavia (Jakarta), dan Banjarmasin.  Sesudah selesai Perang Dunia ke II, Palang Merah Internasional baru mengetahui bahwa dr. Vischer menjadi salah satu korban karen dipersangkakan tentara pendudukan Jepang sebagai anggota komplotan anti Jepang pimpinan Gubernur B.J. Haga di Borneo Selatan.

dr. Vischer

dr. Carl Mattheus Vischer dilahirkan di Basel (Swiss) 29 Agustus 1896. Sebelum pecah perang ia tinggal Barimba sebagai kepala gereja (praeses) Zending Basel. Ia dokter pertama di Kuala Kapuas dan memimpin rumah sakit Bazelsche Zending di Barimba, Kuala Kapuas dari tahun 1931 sampai tahun 1943. Rumah sakit yang dikelola Basler Mission Gesellschaft ini Rumah sakit Zending di Kuala Kapuas merupakan satu-satunya rumah sakit yang lengkap. Mempunyai kemampuan melaksanakan bedah. Perawatnya dididik langsung oleh Vischer. Dua perawat pertama berasal dari orang Dayak setempat, perawat ketiga dari etnis Tionghoa berasal dari kampung Pecinan di Barimba. Ia mempunyai pengaruh  yang sangat besar  di kampung-kampung bangsa Dayak daerah Kuala Kapuas yang mendapat pengaruh misionariszending.

Polyclinic

Surat kabar Borneo Simboen No. 324 Tahun ke II Selasa 21 Desember 2603 (1943) dalam tajuknya berjudul “Keterangan Ringkas Kaoem Penghianat Jang Mengimpikan Perlawanan Terhadap Dai Nippon” mendeskripsikan secara rinci nama-nama orang yang terlibat dan peranannya dalam komplotan B.J. Haga. Disebutkan dalam pemberitaan itu bahwa Haga berkomplot dengan pihak luar anti Jepang, merencanakan pemberontakan bersenjata untuk  mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda di Borneo. Lebih lanjut pemberitaan Borneo Simboen menyebutkan, B.J. Haga dibantu oleh 25 orang pembantu utamanya  diantaranya 1  orang eks-Assistent Resident, dan 9  orang eks-Controleur dalam tawanan, sedangkan isteri Gubernur dan isteri salah satu controleur mengatur di dalam.

dr. Vischer

Pada saat Jepang menguasai Banjarmasin, keadaan benar-benar kacau. Banyak warga kulit putih yang mengungsi ke Kuala Kapuas yakni ke kampung tempat tinggal Vischer di Barimba.  Saat Jepang tiba di Barimba, pada mulanya Vischer disuruh Jepang untuk meneruskan pelayanan di rumah sakit, tetapi kemudian ia ditawan dan disuruh kerja paksa. Sebanyak tujuh orang, diantara pekerja zending di Barimba ditangkap dan kemudian dibunuh Jepang, yakni dr. Vischer dengan isteri (Betsy Mylius), Ds. Bart dengan isteri, Inspektur Braches dengan isteri, dan Ny. Dr. Howeler.

dr. Vischer

Pada mulanya dr. Vischer dan tahanan lainnya  ditahan Kuala kapuas, dan salah seorang yang ditangkap adalah Housman Baboe, tokoh dayak setempat. Dari Kuala Kapuas, kemudian dibawa ke Banjarmasin dan ditahan di  Tatas Port (Benteng Tatas) tempat semua tahanan kemudian dipindah ke Kandangan. Sebagian yang diinterner di Kandangan adalah para pendeta-pendeta bangsa Jerman utusan Zending Barmen yang bekerja  di GDE (Gereja Dayak Evangelis) namun kemudian kemudian hari dibebaskan Jepang.

Dari Kandangan, Vischer kemudian dibawa ke bandara Ulin dan di sana ia dipenggal. Kemungkinan besar tawanan dieksekusi dengan cara dipenggal  karena Jepang pantang  membuang peluru. Pemenggalan dengan samurai adalah salah satu cara untuk menghemat peluru.

Salah seorang yang dipersangkakan sebagai anggota komplotan adalah dr. Soesilo. Ia seorang ahli malaria dan adik dari Dokter Soetomo pendiri Boedi Oetomo. Jepang menyatakan bahwa Vischer dan Soesilo bersahabat karib sejak lama sekali dengan Haga, karena mengingat budi pekerti dan kebaikan Haga terhadap mereka saat menjadi pemimpin tertinggi dari BMO urusan mobilisasi kesehatan semasa pecah perang melawan  Jepang, atau dalam hal-hal lainnya. Dengan kemauan sendiri dr. Vischer dan dr. Soesilo bergabung ke dalam komplotan  melawan Jepang dan  menjadi pemimpin atau kepala  badan spionase. Disebutkan bahwa spionase Vischer dilakukan melalui kedok kegiatan  perawatan, keagamaan, dan pendidikan yang berpusat di Barimba, Kuala Kapuas.

dr. Vischer, Barimba Kuala Kapuas

Apakah dr. Vischer terlibat komplotan anti Jepang yang dipimpin Haga? Dan mengapa orang-orang yang dianggap tidak bersalah turut menjadi korban dan oleh Jepang dipersangkakan sebagai anggota komplotan anti Jepang?

Laman: 1 2

One Comment leave one →
  1. April 24, 2021 10:09 pm

    Apakah tulisan-tulisan Bang Wajidi terkait masuknya Jepang di Borneo, khususnya di Kal Sel dibukukan? Kalau ada saya mau beli ya

Tinggalkan komentar