Lanjut ke konten

PANGLIMA BATUR

Oktober 14, 2011

Oleh WAJIDI

Selasa, 27 September 2011 di Hotel Luansa Palangkaraya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menggelar seminar pengusulan Panglima Batur sebagai Pahlawan Nasional. Seminar diusung untuk memperjuangkan Panglima Batur sebagai Pahlawan Nasional. Panglima Batur dianggap layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasanya yang sangat besar dalam mengangkat panji-panji perjuangan membela bangsa dan tanah air di daerah hulu sungai Barito.

Panglima Batur adalah salah seorang pejuang Perang Banjar (Bandjermasinsche Krijg), yakni perang antara dua bangsa dan pemerintahan yang berdaulat, yakni antara bangsa Banjar di Kesultanan Banjarmasin di satu pihak yang wilayah utamanya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sekarang dengan pihak Belanda. Pada saat berdirinya Kesultanan Banjar, semua suku yang ada dalam wilayah teritorial Kesultanan Banjar seperti suku Banjar, Bukit, dan Dayak (a.l. suku Dayak Dusun, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai) baik yang beragama Islam maupun yang masih menganut kepercayaan Kaharingan adalah ”Bangsa Banjar”.
Panglima Batur berasal dari suku Dayak beragama Islam di daerah Buntok-Kecil, 40 Km di udik Muara Teweh. Sebagai panglima ia mengabdi kepada pemerintahan Pegustian yakni pemerintahan kelanjutan Kesultanan Banjar di hulu Sungai Barito. Setelah Perang Banjar meletus pada tahun 1859, maka kemudian perang ini meluas hingga ke hulu Barito. Pangeran Antasari sebagai pimpinan perang mampu menyatukan kalangan pejuang dari etnis Banjar dan Dayak untuk bersama-sama melawan Belanda. Selepas Antasari meninggal di tahun 1862 di Bayan Begok daerah Puruk cahu, pimpinan perlawanan diteruskan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman, dan ia dibantu oleh pengikut setianya yakni Panglima Batur. Oleh karena itu, perjuangan yang dilakukan Panglima Batur pada hakikatnya adalah untuk mempertahankan kedaulatan bangsa dan tanah Banjar dari penguasaan Belanda.
Panglima Batur bersama Sultan Muhammad Seman mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke Kerajaan Pasir untuk memperoleh mesiu, saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Christofel yang berpengalaman dalam perang Aceh, dengan sejumlah besar pasukan marsose yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu benteng Manawing pada Januari 1905. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa. Ia adalah sultan terakhir dari Kerajaan Banjar dalam pemerintahan pelarian di daerah Barito. Sultan Muhammad Seman benar-benar konsekwen terhadap sumpah melaksanakan amanah ayahndanya Pangeran Antasari yang tidak kenal kompromi dengan Belanda, “Haram manyarah waja sampai kaputing”.
Tertegun dan dengan rasa sedih yang mendalam ketika Panglima Batur kembali ke benteng Manawing yang musnah, dan Sultan Muhammad Seman, pimpinannya telah tewas. Panglima Batur dan teman seperjuangannya Panglima Umbung pulau ke kampung halaman mereka masing-masing. Panglima Umbung kembali ke Buntok-Kecil. Sultan Muhammad di Seman di makamkan di puncak gunung di Puruk Cahu.
Sepeninggal Sultan, Panglima Baturlah satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih bertahan. Ia terkenal sangat teguh dengan pendiriannya dan sangat patuh dengan sumpah yang telah diucapkannya, tetapi ia mudah terharu dan sedih jika melihat anak buahnya atau keluarganya yang jatuh menderita. Hal itu diketahui oleh Belanda kelemahan yang menjadi sifat Panglima Batur, dan kelemahan inilah yang dijadikan alat untuk menjebaknya.
Ketika terjadi upacara adat perkawinan kemenakannya di kampung Lemo, dimana seluruh anggota keluarga Panglima Batur terkumpul, saat itulah serdadu Belanda mengadakan penangkapan. Pasangan mempelai yang sedang bertanding juga ditangkap dimasukkan ke dalam tahanan, dipukuli dan disiksa tanpa perikemanusiaan. Cara inilah yang dipakai Belanda untuk menjebak Panglima Batur.
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara sepupu Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda Haji Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah tahanan yang terdiri dari keluarganya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila Panglima tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak mati. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi korban sendirian dari pada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya.
Dengan diiringi orang-orang tua dan orang sekampungnya Panglima Batur turun ke Muara Teweh. Benar apa yang menjadi kata hatinya, bukan perundingan tetapi ia ditangkap sebagai tawanan dan selanjutnya dihadapkan di meja pengadilan. Ini terjadi pada tanggal 24 Agustus 1905. Setelah dua minggu di tawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan kapal ke Banjarmasin. Di kota Banjarmasin dia diarak keliling kota dengan pemberitahuan bahwa inilah pemberontak yang keras kepala dan akan dijatuhkan hukuman mati.
Pada tanggal 15 September 1905 Panglima Batur dinaikkan ketiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya dia minta dibacakan “Dua Kalimah Syahadat” untuknya. Dia dimakamkan di belakang Mesjid Jami’ lama Banjarmasin di tepian Sungai Martapura, tetapi sejak 21 April 1958 jenazahnya dipindahkan ke kompleks “Makam Pahlawan Banjar” Jalan Mesjid Jami Banjarmasin (Dikutip a.l. dari Buku Sejarah Banjar; foto Panglima Batur koleksi keluarga alm. H.M. Yakub Amin —lahir 1915, pensiunan TNI tahun 1950— diwarisi dari orang tua beliau, di Jalan Panglima Batur, Banjarmasin).

11 Komentar leave one →
  1. Oktober 22, 2011 8:00 am

    kunjung balik yach di tempat download lagu banjar http://www.punyaunda.com

    terima kasih. saya pun telah berkunjung balik.

  2. utuh kandangan permalink
    November 2, 2011 5:23 am

    i like it

  3. banjar=dayak, dayak=banjar permalink
    November 28, 2011 5:24 pm

    banjar dan dayak seperti dua sisi mata uang yang tdk akan berharga apabila tdk ada salah satunya

  4. Desember 27, 2011 5:33 pm

    Betapa sulitnya para pejuang memerdekakan Tanah Air ini …
    Setelah Bangsa ini merdeka, Bangsa ini dinodai dengan Pemimpin Yang kebanyakan Menjajah Rakyatnya sendiri dengan tipu daya politik dan rekayasa… para pejuang pasti sedih…hati ini turut sakit

    Sependapat dan serasa dengan anda…

    • Maret 18, 2017 5:52 pm

      Mohon info ya donk..orang tua saya lagi cari kluarga ya yang udah bertahun-tahun gak ketemu ni..kluarga orang tua saya tinggal di jln panglima Batur..X aja yang tinggal di sana…#nama nenek saya: haji maseri bin Rais..tolong kalau ada yang tau/tinggal di sana hubungin no 085770082195 terma kasih

  5. Irham permalink
    Desember 28, 2011 7:35 pm

    Dalam sejarah, kerajaan Banjar pindah dari Kuin ke Martapura. Di Martapura ada kuburan Sultan Adam beserta kerabat beliau, ada kampung keraton. Saya mohon diberitahu dimana saya bisa membaca tulisan yang menjelaskan dimana persisnya letak atau bekas bangunan keraton Kerajaan Banjar yang di Martapura dan bekas Keraton Banjar di Kuin dimana, yang ada hanya masjid Sultan Suryansyah. Saya pernah ke Pangkalan Bun, Ke Berau, Bulungan. Disana masih ada bangunan keraton. Salam

    Tentang keraton Banjar, coba baca: https://bubuhanbanjar.wordpress.com/2010/02/22/bentuk-keraton-dan-perpindahan-pusat-kesultanan-banjar/

  6. wiwin permalink
    Januari 20, 2012 12:59 am

    banjar dan dayak adalah saudara kandung yg tak pernah bisa dipisahkan..aku banggas menjadi bangsa banjar sekalipun aku besar di jawa dan aku bangga memiliki saudara kandung bangsa dayak

  7. Rudiansyah permalink
    Juni 26, 2012 4:56 am

    Salah seorang pahlawan favoritku

  8. April 28, 2016 3:25 am

    nama asli pahlawan panglima batur siapa ?

Trackbacks

  1. Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur | Info Itah
  2. Panglima Batur – Kiwi eggs site

Tinggalkan komentar