Lanjut ke konten

PENDULANGAN INTAN TRADISIONAL

Oktober 29, 2010

Kalimantan Selatan hingga sekarang terkenal sebagai daerah penghasil intan di Indonesia. Umumnya intan dihasilkan melalui kegiatan yang dinamakan “pendulangan intan” secara dan menggunakan alat-alat tradisional seperti linggangan, meski sekarang ini telah digunakan pula mesin-mesin penyedot tanah yang mengandung intan dari lubang penggalian intan.
Daerah pendulangan intan di Kalimantan Selatan ini terdapat di daerah Banjar dahulu yang sekarang menjadi dua daerah, yaitu Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Lokasi pendulangan tersebut terdapat di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Riam Kanan, Kecamatan Simpang Ampat, Kecamatan Belimbing dan di Kecamatan Pengaron. Di Kecamatan Cempaka, lokasi pendulangan intan ini antara lain: Pumpung, Tadung, Ujung Murung, Danau Majaya, Pijang, Kerawat, Danau Purun, Piring Panggal dan Gambah. Di Kecamatan Riam Kanan lokasinya Jabunau dan Daerah Pagar. Di Kecamatan Simpang Ampat berlokasi di Bumi Rata. Di Kecamatan Belimbing lokasinya pinik dan beberapa tempat di Kecamatan Pengaron.
Di tahun 1960-an pernah ditemukan biji intan yang cukup besar yang diberi nama intan “Tri Sakti”, dan sekitar tiga tahun silam pernah pula ditemukan intan sebesar telor burung puyuh yang dibeli seorang pengusaha lokal sebesar Rp 3 Milyar dan intan itu dinamakan “Putri Malu”.
Ada tiga jenis pendulangan intan dengan cara tradisional berdasarkan letak intan yang ditambang dan cara mendulangnya, yaitu :
a. Pasiraman, dimana tanah yang mengandung intan diambil dari dasar sungai dengan menyelam seperti orang mandi. Berulang kali. Ini terdapat di daerah palung sungai di Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang dilakukan pada musim kemarau di waktu air sungai surut.
b. Luang surut
Pendulangan intan pada lubang (luang) surut ini letak intan dekat permukaan tanah, jadi perlu menggali terlalu dalam. Dahulu air dalam lubang itu ditimba hanya mengandalkan alat timba atau ember. Sekarang memakai mesin pompa air.
c. Luang dalam
Luang dalam intannya terletak jauh dari permukaan tanah. Dalam lubang sampai ketemu intan dihitung dengan ukuran tangga. Satu tangga tingginya kira-kira 1 ½ meter tingginya. Lubang yang paling dalam sampai 16 tangga atau kira-kira 16 x 1 ½ meter = 24 meter. Luang dalam ini paling surut 4 tangga yang terdapat di daerah Cempaka.
Intan yang didapat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan urutan kualitasnya dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi adalah sebagai berikut :
a. intan keras, kualitasnya paling rendah, menyusul
b. intan minyak
c. intan kuning
d. intan tahi lalat atau betahilalat sampai dengan putihbiasa
e. intan putih biasa
f. intan putih air perak
g. jambun intan yang paling tinggi kualitasnya
h. intan bawang habang atau intan yang airnya seperti warna merah bawang, ini yang paling tinggi kualitasnya di atas jambun.
Jika diukur atau harga jual intan yang ditemukan di daerah ini sesuai dengan kualitasnya adalah sebagai berikut:
a. Nilai jual atau harga jual intan habang bawang sebagai intan yang berkualitas teratas, ialah tiga kali harga jual dari intan putih air perak untuk ukuran yang karat sama.
b. Nilai jual atau harga jual jambun sama dengan dua kali harga jual intan putih air perak yang sama ukuran karatnya.
c. Intan putih air perak bernilai satu kali harga jual.
Para penambang hasil temuan antara luang surut dan luang dalam berbeda. Pada luang surut seluruh biaya secara gotong antara sesama pendulang dengan dengan dibagi rata. Demikian juga hasil bersih yang diperoleh dibagi rata antara sesama pendulang intan yang bekerja pada luang tersebut.
Pada luang dalam seluruh biaya disediakan atau ditanggung oleh Tatuha Luang selama bekerja mendulang intan pada luang dalam yang dikuasainya. Biaya ini termasuk seluruh pengadaan sarana dan biaya hidup pendulang dsb, yang diperlakukan selama pendulangan itu nerjalan.
Dalam satu luang dalam banyak unsur di perhitungkan atau dilibatkan baik dalam pelaksanaan, maupun dalam pembagian hasil, jika intan ditemukan. Unsur-unsur tersebut terdiri dari:
a. Tutuha Luang, yang memimpin kerja dan menanggung seluruh pembiayaan oada luang tersebut.
b. Pendulang intan
c. Malim yaitu orang yang memberi petunjuk mengenai lokasi-lokasi yang mengandung intan secara batiniah.
d. Camat sebagai Kepala Daerah setempat ikut terlibat dalam pengumutan retribusi.
e. Kepala Padang yang menguasai lokasi pendulangan
f. Pemilik tanah lokasi pendulangan tersebut.
g. Hal-hal lain yang ikut diperhitungkan dalam pembagian hasil temuan seperti mesjid yang berada di daerah pendulangan.
Biasanya yang dibagikan kepada para pendulang intan 50 persen dan yang 50 persen lainnya untuk Tutuha Luang yang menanggung segala ongkos. Ini diambil dari harga jual, seluruh ongkos dan sebagainya adalah resiko atau ditanggung Tutuha Luang.
Selain menghasilkan intan, kegiatan pendulangan intan juga menghasilkan bebatuan yakni batu alam atau batu aji yang digosok menjadi perhiasan seperti mata cincin, manik-manik, gelang, dan lain sebagainya.
Untuk dapat dijadikan perhiasan, biji intan terlebih dahulu harus digosok dengan memakai peralatan penggosokan intan. Intan yang telah melalui proses penggosokan menjadi perhiasan dinamakan berlian.
Tukang gosok intan atau penggosokan intan ini berkembang sejak dahulu sampai sekarang di daerah Martapura Kabupaten Banjar. Demikian pula tukang gosok batu alam atau batu aji sampai sekarang masih hidup dan berkembang di daerah Martapura, Kabupaten Banjar. Jenis batu akik bahan bakunya terdapat di daerah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, sedangkan kecubung bahan bakunya dari Kalimantan Tengah, yaitu disekitarnya Pangkalan Bun, sedangkan jenis batu lainnya yang berupa batu alam biasa masih banyak terdapat di Kabupaten Banjar yang digunakan untuk ini.
Tukang gosok selong yaitu batu yang menyerupai intan dan bahan bakunya dari luar Indonesia yaitu dari Sri Langka dahulu hidup dan berkembang di Desa Teluk Selong Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. Sekarang sudah hampir punah karena bahan bakunya sudah hampir habis dan pemakaiannya juga hampir tidak ada disesuaikan dengan keperluan sekarang. Selong ini warnanya mirip intan, tetapi kualitasnya jauh lebih rendah dari intan, demikian juga harganya murah sekali dibandingkan dengan intan.

18 Komentar leave one →
  1. uda permalink
    November 3, 2010 10:38 pm

    Saudara Wajidi,

    Saya berpendapat tulisan saudara ini amat bagus sekali. Cuma suatu soalan yang bermain di kepala. Bagaimanakah kita boleh tahu bahawa sesuatu kawasan itu mempunyai batu-batu permata dibawahnya. Semestinya tentulah ada kajian secara saintifik yang meyakinkan. Bukan sekadar try and error oleh pendulang-pendulang. Setahu saya batu-batu permata banyak didapati di Myanmar, Bolivia. Mungkin ianya banyak terkait dengan sejarah geologi sesuatu kawasan. Mungkin saudara ada maklumatnya. Kami di Malaysia khususnya di Semenanjung, tiadak punya kawasan pendulangan batu permata. Adakah lebih lumayan tanah itu dibangunkan sebagai tanah pertanian atau pendulangan batu permata ? Setahu saya tanah-tanah bekas pendulangan sukar untuk dijadikan tanah pertanian semula seperti yang banyak terjadi pada tanah-tanah bekas lombong bijih timah di Malaysia.

    Sesuai judul,tulisan diatas hanya membahas pendulangan intan yang dilakukan secara “tradisional” atau dilakukan secara turun temurun dengan peralatan tradisional pula. Oleh karena tradisional, maka peran “malim” yang mempunyai kemampuan “supranatural” cukup menentukan untuk mengetahui di kawasan tertentu terdapat intan atau tidak. Justru ketradisionalan itulah yang mungkin menjadi salah satu daya tariknya,misalnya daya tarik wisata. Sebenarnya, di kawasan cempaka Banjarbaru sudah lama sekali dikenal memiliki kandungan batu permata, hanya saja tepatnya dimana intan berada itulah yang menjadi persoalan. Oleh karena itu, sering memang para pendulang tidak mendapatkan intan dari lubang yang mereka gali. Usaha pendulangan intan sebenarnya tak banyak punya pengaruh terhadap ekonomi mereka, karena mereka tetap miskin, sedang yang kaya adalah para pedagan intan atau berlian. Di daerah cempaka Banjarbaru sebenarnya terdapat perusahaan pendulangan intan yakni PT Galuh Cempaka yang mendulang dengan peralatan modern. Konon kabarnya aktivitasnya terhenti karena merugi akibat resesi global dua tahun silam yang berdampak pada penurunan harga dan permintaan intan,ditambah dengan aktivitasnya yang merusak lingkungan….

  2. November 17, 2010 11:57 am

    Assalaamu’alaikum mas Wajidi…

    Sahabat…. Tiada embun yang lebih bening selain beningnya hati
    Di bulan Zulhijjah, Iedul Adha kembali menyapa hari
    Kemaafan dipohon untuk khilaf dan salah jika mengkhianati
    Sebuah pengorbanan tulus jadi iktibar membaiki diri

    Mohon Maaf Lahir dan Bathin

    Salam keindahan Iedul Adha 1431 H dari saya di Sarikei, Sarawak.

    Terima kasih atas kunjungan sahabat. Jalinan silaturahim dari mbak Siti merupakan cerminan persahbatan yang tulus ikhlas.Salam untuk putera puterinya yang teramat manis dan cerdas itu…

  3. November 20, 2010 11:47 pm

    Indonesia memang kaya segalanya. .
    subhanallah..
    tinggal bagaimana kita mengelolanya. terutama pemerintah. . .
    kita hanya dpat mendoakan ” Pray For Indonesia ”

    Aku pun juga berdoa “pray for Indonesia”

  4. November 21, 2010 5:06 am

    Menarik sekali informasi tentang proses pendulangan intan tradisional ini. Penambangan secara tradisional sepertinya lebih ramah lingkungan. Tinggal dicari cara supaya kesejahteraan penambang tradisional dapat lebih meningkat.

    Itulah yang menjadi persoalan, bagaimana meningkatkan kesejahteraan mereka. Dulu tahun 1960-an, saat ditemukan intan yang cukup besar dan diberi nama oleh Presiden Soekarno “Intan Tri Sakti”, beberapa penemunya hanya diberi tali asih berupa biaya “naik haji” ke Mekkah dan sedikit uang tunai. Seperti penambang tradisional lainnya, kesejahteraan mereka tidaklah “segemerlap” intan atau berlian yang mereka temukan itu…

  5. November 22, 2010 5:06 am

    Kunjungan sore, apa kabar?

    salam kenal

    Alhamdulillah kabar baik. Terima kasih telah berkunjung

  6. 'Ne permalink
    November 23, 2010 9:16 am

    wah ternyata ada banyak jenis ya Intan itu? baru tahu saya..

    Ya, betul, betul, betul. Ada juga Intan Ali (pedangdut), dan tokoh intan (sinetron)

  7. November 23, 2010 5:55 pm

    Kunjungan pagi dini hari untuk sahabatku.
    Senang membaca hasil tulisannya Sob, dengan mengangkat tradisi kebudayaan setempat dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Justru yang mahalnya adalah gaya tradisionalnya, dikarena jangan sampai punah. Karena itu merupakan aset bangsa kita.

    Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; maka, kita dapat mengatasi permasalahan yang besar.

    Sukses selalu

    Salam ~~~ “Ejawantah’s Blog”

    Sahabat, terima kasih telah berkunjung. Aku pun a.n. anonim sudah berkunjung ke Ejawantah’s Blog dan ternyata tulisan Pesugihan Menuju Laul Mahfudz telah memberikan kesadaran padaku betapa kurangnya diriku selaku hamba-Nya yang sering lalai…

  8. November 24, 2010 8:07 am

    intan yang digosok dinamakan berlian… hmmm baru ngerti sekarang.
    enak banget kayaknya ya..punya profesi pendulang intan. bisa tiba-tiba kaya mendadak kalo gitu….kayak dapet intan putri malu… waaah langsung dapet 3 miliar…. menarik sekali neeeh

    Ya enak banget seumpama sering dapat intan. Tapi nyata mereka sering tidak mendapatkannya atau butiran kecil saja yang tidak sebanding dengan tenaga, biaya dan waktu yang telah mereka keluarkan

  9. November 25, 2010 5:25 am

    subhanallah sungguh kekayaan alam yang berharga…Indonesia memang sangat kaya..
    Salam kenal pak…

    Terima kasih telah berkunjung

  10. November 25, 2010 10:13 am

    …yang mengejutkan intan sebesar telor burung puyuh (saja) = 3 milyar…itu buat apa ya, dijual lagi hingga berapa tuh labanya *tak habis pikir 🙂

    Saya mendapat informasi langsung dari pengusaha penggosokan intan di Martapura bahwa intan “Puteri Malu” sebesar telor burung puyuh yang dibeli salah seorang pengusaha lokal (Bp. Lihan) seharga Rp 3 milyar merupakan intan yang teksturnya tidak bagus untuk dijadikan berlian. Beliau menyatakan pernah menawar maksimal Rp 200 juta…

  11. November 25, 2010 11:02 am

    Sabujurnya , ulun matan bahari sampai wayahni kada suah maniring intan nang asli. Amun ada gin nang disambat ‘ intan ‘ di kadai amas, asa ulun sahibar nagarannya haja intan. Amun kawa tatulak ka Banua mau haja dapat maniring intan nang disambat oleh Wajidi tu….

    Dimapatuai leh…ulun bagana di Malaysia pang. Nang ada di sia sahibar bijih timah haja awan amas haja.

    Salam sabarataan ka kulaan di Banua.

    Ayuha, mun pian kawa tulak ka banua, kaina ulun gani-i baandah ka pandulangan intan, kaluai pas bajalan batis tasipak bigi intan. sugih bakajut kita 🙂

  12. November 25, 2010 12:08 pm

    Dari membaca komentar baru tahu pak, ternyata kehidupan penambang tetap menyedihkan,, saya pikir intan yang mahal kehidupan penambang juga ikut lebih baik, padahal martapura kan terkenal dengan kota intannya,,

    intan/berlian mahal karena selain indah gemerlap juga susah didapat

    • Mesteer Usup Supriyadi permalink
      November 26, 2010 5:25 am

      memang banyak profesi yang menghasilkan banyak hal yang bermanfaat dan berharga, namun pelaku profesi itu hidup dalam kekurangan teramat, semisal juga para petani… dan seperti kisah di atas…. hm….

      Ya, begitulah adanya..

  13. November 26, 2010 2:21 am

    Menarik banget infonya,
    saya jadi penasaran dengan cara mencari intan itu,
    kayaknya kalo aku yang menemukannya, sangatlah gembira banget.
    Bali Villas Bali Villa

    wisatawan yang berkunjung ke lokasi pendulangan intan bisa mencoba alat pendulangan intan, yakni linggangan seperti foto yang paling atas..

  14. Desember 8, 2010 2:14 am

    Sauting ‘ posting ‘ pian hudah dibuat dalam pautan BANJAR SUNGAI GANAL. Hagan pahabaran haja…

    Sudah ulun tiring pautan Banjar Sungai Ganal, andakannya di “Coretan Banua Banjar”. Terimakasih Pakacil Elbi lah, karena sudah mahimungi ulun 😀

  15. Desember 10, 2010 11:39 pm

    Wah……..,lengkap banget tuh Uraiannya, jadi makin tahu secara gamblang kegiatan ini dari awalnya hingga menjadi suatu perhiasan yang cantik. BTW, kalo boleh saya tahu aktifitas pendulangan semacam itu termasuk ilegal gak sih. cz yang saya dengar tu menurut UUD segala hal yang ada dibumi kecuali Tanah dan air kan dikuasai oleh Negara ???

    Wah, soal legal atau ilegal, tak tau aku. Nanti nanya ke pakar hukum 🙂 Yang jelas, intan tidak dalam kategori “yang menguasai hajat hidup orang banyak” seperti halnya minyak bumi yang harus dikelola negara, kira-kira gitulah :)…

  16. Irham permalink
    Desember 28, 2011 7:52 pm

    Ulun punya angan angan, bisakan pemerintah mengkoordinir pada pendulang intan, dijadikan semacam perusahaan. Lokasi tambang dikonsesi, lalu ditambang secara modern dengan melibatkan penambang tradisional. Kalu sudah jadi perusahaan, lalu disana ada program pensiun, ada asuransi kecelakaan, ada jaminan pengobatan, ada sekolah. Di Afrika bisa seperti itu, kenapa kita tidak bisa. Dulu jaman demokrasi terpimpin pernah ada PN Tambang Unit Intan, tapi gagal. Tidak salahnya dicoba lagi.
    Setahu ulun penambang tradisional habis mendulang, dapat intan, dijual, habis jua duitnya untuk biaya modal mendulang. Bulan kena kaya itu lagi, sampai katuha, sampai ka anak dan ka cucunya tetap nangkaya itu.
    Sebagai pembanding, di Kab. Kutai Barat, Kaltim, dulu ada tambang emas yang dikonsesi oleh oleh perusahaan asing. 30 tahun mereka menambang emas, punya karyawan, ada kompek perumahan dan ada program kesejahteraan. Salam

Trackbacks

  1. Memukau Alam Indah Pendulangan Dengan 8 Foto - Indonesia Bagoes

Tinggalkan komentar