Lanjut ke konten

HAUL DI KUBUR, BA’AYUN ANAK DI MASJID (Refleksi Ba’ayun Maulid di Kompleks Makam Sultan Suriansyah)

Januari 25, 2013

Oleh Wajidi

Kemarin, tanggal 24 Januari 2013 atau 12 Rabiul Awal 1434 H di Kompleks Makam Sultan Suriansyah, Kuin, Banjarmasin, kembali dilaksanakan tradisi haul dan ba’ayun anak (ba’ayun maulid). Tradisi haul adalah memohonkan atau mendoakan orang yang meninggal dunia agar arwahnya diterima dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah Swt, sedang ba’ayun maulid adalah tradisi mengayun anak yang dilaksanakan bersamaan dengan upacara peringatan maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW.100_3560
Mengacu kepada tradisi haul yang dilaksanakan di atas kompleks pekuburan beberapa ulama di Kalsel seperti antara lain haul Datu Kelampayan, Datu Anggah Amin, dan Guru Sekumpul, serta tradisi ba’ayun anak yang telah berlangsung ratusan tahun di Masjid Banua Halat, Kabupaten Tapin, serta filosofi yang dikehendaki melalui kedua tradisi tersebut maka seyogyanya tempat pelaksanaan tradisi haul dan ba’ayun anak dipisahkan. Upacara haul sebaiknya dilaksanakan di kompleks Makam Sultan Suriansyah sedangkan ba’ayun anak dilaksanakan di Masjid Sultan Suriansyah. Penulis pernah menyatakan hal yang sama dalam tulisan yang pernah dimuat di dalam harian Radar Banjarmasin, dan mempostingkannya ke dalam blog ini bertanggal 14 Februari 2011 dengan judul: “Menyoal Ba’ayun Maulid di Kompleks Makam Sultan Suriansyah”. Dalam tulisan itu, penulis menyatakan “ketidaktepatan” penyelenggaraan ba’ayun anak di kompleks makam dan menyarankan agar dilaksanakan di kompleks Masjid Sultan Suriansyah.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertama, papadah orang Banjar dahulu menyatakan bahwa jangan mengayun anak dekat kuburan nanti kapidaraan (diganggu makhlus halus/roh orang mati).
Adanya alasan bahwa selama ini tidak ada anak yang diayun terkena kapidaraan dan sebagai media penanaman kesadaran mengingat mati sejak anak masih bayi adalah sah-sah saja, akan tetapi akan lebih baik jika bayi atau anak yang diayun lebih dahulu dikenalkan dengan masjid, sedangkan kesadaran untuk lebih banyak mengingat mati lebih diarahkan kepada orang dewasa atau orang-orang tua.
Kedua, jika ba’ayun anak dilaksanakan di di Masjid Sultan Suriansyah maka filosofi yang dikehendaki adalah untuk meneladani Rasulululah agar si anak yang diayun nantinya hatinya terpaut dengan masjid dan selalu melaksanakan salat berjamaah di masjid.
Ketiga, upacara ba’ayun anak di masjid akan sangat penting sebagai media syiar Islam, mengangkat seni budaya, atau sebagai salah satu cara untuk menjadikan Masjid Sultan Suriansyah sebagai objek daya tarik wisata, dan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat.
Keempat, sebagai sarana syiar Islam, maka kumandang maulid Habsyi, Al- Barjanji, atau Ad-Dibai selama prosesi ba’ayun anak ditambah dengan pengisian ceramah agama oleh ustad atau ulama di dalam masjid akan lebih mendorong peningkatan iman dan Islam pengunjung yang hadir di masjid.
Sebagai media pengangkat seni budaya dan syiar Islam, maka banyak hal yang dapat dilakukan seperti pembuatan ayunan dengan ciri khas tertentu, prosesi mengayun anak, dan tradisi lain yang mengikuti. Sedangkan sebagai sumber pendapatan masyarakat, maka prosesi ba’ayun maulid juga akan menjadikan sumber pemasukan bagi para pedagang, rumah makan kuliner Banjar, parkir, industri dan pedagang souvenir.
Jika acara ba’ayun anak sudah mentradisi di Masjid Sultan Suriansyah, maka kemungkinan terjadi adalah para peserta dari jauh akan bermalam di sekitar atau beritikaf di masjid, dan ini akan menjadi peluang usaha bagi masyarakat untuk menyediakan rumahnya sebagai tempat penginapan, apalagi rumah yang disediakan merupakan salah satu rumah Banjar atau minimal memiliki ornamen Banjar sebagai salah satu daya tarik wisata.
Kelima, jika upacara ba’ayun anak dilaksanakan di masjid, maka pengunjung nantinya tidak lagi terkonsentrasi di kompleks makam, melainkan menyebar di dua tempat yakni Makam dan Masjid Sultan Suriansyah. Pengunjung dapat berziarah dan salat di masjid dan juga melakukan ziarah ke kompleks makam yang letaknya berdekatan dengan masjid, mengunjungi pusat souvenir, kerajinan tajau, menikmati atau merasakan kuliner Banjar, dan mengunjungi pasar terapung, dan sebagainya.
Selain itu, banyaknya kunjungan ke masjid, makam, dan pasar terapung melalui sungai akan dapat menumbuhkan kembali aktivitas budaya sungai yang selama ini redup seperti pasar terapung Kuin, meningkatkan jumlah pelaku jasa transportasi sungai, serta berbagai manfaat ekonomi, sosial, budaya, dan pariwisata lainnya.
Risiko yang mungkin terjadi nantinya adalah padatnya arus manusia dan kendaraan yang memasuki kompleks Masjid dan Makam Sultan Suriansyah. Untuk mengatasinya, maka yang dapat dilakukan adalah: (1) mengatur lalu lintas keluar masuk kompleks baik lewat darat maupun lewat sungai; (2) menyediakan tanah lapang yang lebih luas untuk parkir kendaraan roda 2 dan roda empat, termasuk ke depannya adalah membebaskan rumah-rumah di bantaran sungai kuin antara Masjid dan Makam untuk keleluasaan pengunjung; (3) menyediakan jasa transportasi sungai menuju masjid dan makam atau destinasi lain di sekitar Kuin, Banjarmasin.
Banyak manfaat jika upacara haul dilaksanakan di kompleks makam dan upacara ba’ayun anak dilaksanakan di Masjid Sultan Suriansyah. Bagaimana menurut sampeyan?

3 Komentar leave one →
  1. Mei 20, 2013 8:30 am

    Di Malaysia haul di kubur rasanya sudah tak ada. Adat Baayun Maulud pula boleh dikatakan sudah hampir pupus.

  2. Juli 23, 2014 8:22 am

    harap berhati2 dgn situs penipuan http://www.bisnis-properti.com

Trackbacks

  1. CT156. MERAIKAN AWARD | LAMAN MENULIS GAYA SENDIRI G2

Tinggalkan komentar